Hukum.umsida.ac.id – Fenty Putri Pratiwi, mahasiswa Program Studi Hukum Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial (FBHIS), berhasil meraih predikat Wisudawan Berprestasi pada Wisuda Ke-46 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Prestasi tersebut ia raih melalui riset Peningkatan Kapasitas Ekonomi UMKM melalui Kepemilikan Hak Merek dan Paten yang berhasil lolos pendanaan P2MW DIKTI 2023.
Motivasi awal Fenty mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-AI) adalah untuk meningkatkan prestasi akademik dan memperkaya pengalaman.

“Saya ingin meningkatkan rekam jejak akademik yang bermanfaat, apalagi saya juga penerima KIP-K,” ungkap Fenty.
Riset yang ia ajukan berfokus pada bagaimana hak merek dan paten dapat memperkuat daya saing UMKM di Indonesia.
Baca juga: Wisudawan Berprestasi yang Lolos 3 Pendanaan Dikti
Peningkatan Kapasitas UMKM melalui Hak Merek dan Paten
Dalam risetnya, Fenty mengungkapkan pentingnya UMKM memiliki hak merek dan paten secara legal untuk meningkatkan daya saing dan melindungi produk dari pemalsuan.
“Kepemilikan merek dan paten sangat penting untuk UMKM karena dapat memberikan perlindungan hukum yang kuat,” ujarnya.
Menurutnya, dengan hak eksklusif ini, UMKM dapat memperluas pasar, meningkatkan kualitas produk, dan membuka peluang kerja sama seperti lisensi atau waralaba.
Fenty menjelaskan bahwa UMKM yang memiliki hak merek terdaftar dapat mengurangi risiko persaingan tidak sehat dan mempermudah akses ke pembiayaan.
“Merek dan paten yang terdaftar dapat menjadi jaminan fidusia dan mendorong inovasi,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa legalitas merek dan paten dapat memperkuat posisi UMKM di pasar dan meningkatkan kapasitas ekonominya.
Proses untuk mendapatkan pendanaan DIKTI tidak mudah. Fenty bersama timnya memulai dengan riset lapangan dan diskusi dengan pemilik UMKM.
Setelah itu, mereka menyusun proposal dan prototype untuk menunjukkan bahwa ide ini bukan sekadar gagasan.
“Prosesnya panjang, kami harus konsultasi dengan dosen dan menyesuaikan proposal dengan timeline yang ditetapkan oleh Kemendikbud,” jelasnya.
Setelah beberapa revisi, mereka berhasil lolos seleksi dan mendapatkan dana pengembangan.
Lihat juga: Implementasi Hukum HAM di Indonesia Antara Harapan dan Realitas
Tantangan dan Pelajaran Berharga dari PKM-AI

Tantangan terbesar Fenty dan timnya adalah memilih judul yang tepat untuk penelitian mereka.
“Kami sempat kesulitan dengan judul yang sudah terlalu umum, akhirnya kami revisi dari awal hingga akhir,” katanya.
Momen yang paling berkesan baginya adalah saat tim harus bertahan menerjang hujan deras untuk melakukan konsultasi proposal.
“Kami tetap nekat membawa laptop dan konsultasi meski hujan deras, itu jadi kenangan tersendiri,” ujarnya.
Fenty juga menilai bahwa proses mengikuti PKM-AI memberikan banyak pelajaran berharga.
“Kami belajar banyak tentang manajemen tim, riset pasar, dan cara mengelola dana hibah,” ungkapnya.
Ia percaya bahwa meskipun gagal dalam beberapa tahap, hal itu merupakan bagian dari proses pembelajaran yang berharga.
Fenty menutup dengan pesan untuk mahasiswa lain yang ingin mengikuti kompetisi akademik.
“Jangan ragu untuk memulai, meskipun merasa belum sepenuhnya siap. Proses berharga, dan pengalaman jauh lebih penting daripada hasil akhir,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya mencari isu yang relevan dengan lingkungan sekitar dan membangun tim yang solid untuk sukses.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah

















